Kemana
Pendidikan Kita Saat ini?
Penulis: Seprianus Olla, S.Pd.,B.Ed
Wabah covid-19
membawa dampak yang sangat besar dalam semua segi kehidupan saat ini. Dalam
kehidupan sosial kita seolah-olah berada dalam budaya yang terasa asing. Manusia
yang pada dasarnya sebagai makhluk sosial; yang tak bisa lepas dari interaksi
dengan sesamanya terkesan dipaksa untuk menyendiri dan menahan diri
berelasi dengan orang lain (social distancing). Mau keluar rumah? Mau jalan-jalan?
Ada virus corona!

Di bidang pendidikan
juga demikian. Sekolah-sekolah tutup dan melakukan pembelajaran jarak jauh atau
distance education. Semua guru, siswa dan orang tua ditantang untuk
melakukan pola belajar yang mungkin tidak lazim dan tidak biasa. Guru yang
sudah terbiasa mengajar di depan siswanya. Mengadakan interaksi yang hangat dengan
siswa, berkelakar, memberikan motivasi, membangun siswa secara mental, sosial, maupun
spiritual; sekarang seperti sendiri dan dibatasi oleh ruang. Orang tua juga
tidak luput. Mereka juga berada dalam tantangan yang sama. Dulu cukup
membangunkan anak untuk bersiap dan berangkat sekolah, sekarang membangunkan
anak untuk siap belajar dari rumah. Langkah ini diambil pemerintah untuk
memutus mata rantai penyebaran virus corona di Indonesia. Mungkin kita
berpikir, mengapa anak-anak tidak diliburkan saja? Kan tidak merepotkan. Inilah
pendidikan yang dinamis bukan statis. Pendidikan yang dinamis adalah pendidikan
harus terus bergerak dan berjalan apapun tantangannya. Tapi kan? Tapi kan
corona! Ini bukan alasan yang tepat. Justru ini tantangannya, kita harus siap! Mau
begini sampai kapan? Bukan besok, bukan bulan depan. Kita tidak tahu. Kita
hanya berdoa wabah ini berlalu dan semua kembali normal dan mau tidak mau harus
menghadapi tantangan ini.
Permasalahan
muncul, guru dan orang tua belum siap. Yah, memang belum siap karena wabah
korona ini tidak pernah kita rencanakan untuk ada. Alih-alih guru perlu menyelesaikan
muatan materi dalam silabus. Orang tua juga kesulitan mendampingi anak belajar
di rumah. Disinilah kita perlu melakukan
sebuah metamorphosis pendidikan itu sendiri. Langkah bijaknya, pemerintah
menghapus Ujian Nasional melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Ini
bukan karena korona tapi demi perbaikan kualitas pendidikan di negara ini. Dengan
demikian jelas bahwa kini fokus pendidikan kita mulai beralih. Bukan hanya
kepada materi pelajaran, tetapi sangat perlu pengembangan keterampilan dan karakter
Tantangan saat
ini tidak bisa dihadapi oleh satu pihak baik oleh guru atau orang tua dalam membantu anak belajar. Perlu
adanya kolaborasi dan kerjasama. Fokus guru sekarang adalah melihat kebutuhan siswa
bukan kebutuhan materi. Hal ini sesuai yang diharapkan oleh Menteri Pendidikan
bahwa guru dapat memberikan tugas dan aktivitas anak dapat bervariasi
antarsiswa selama pembelajaran jarak jauh saat ini. Kegiatan dan aktivitas
belajar dapat disesuaikan dengan minat, potensi dan kondisi masing-masing siswa,
termasuk mempertimbangkan akses dan fasilitas belajar di rumah. Jika demikian bagaimana
penilaiannya? Sudah tentunya penilian dilihat hasil dari aktivitas belajar dari
rumah, kita sebagai guru dapat memberi memberi peniliatan berupa umpan balik
yang bersifat kualitatif dan berguna, tanpa diharuskan memberi skor atau nilai
kuantitatif.
Disisi lain
orang tua juga memiliki peran penting dalam membantu pendidikan anak saat ini
di rumah. Penguatan dan pengembangan karakter sederhana di rumah dapat menjadi
fokus pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Hal ini memang masih sulit, tetapi
jika mulai mencoba maka kita akan terbiasa dan siap menjalankan pendidikan
jarak jauh terlepas kapan wabah ini akan berakhir.
Mantap nyadu maju terus TYm
BalasHapus