Kemana Pendidikan Kita Saat ini?
Penulis: Seprianus Olla, S.Pd.,B.Ed
Wabah covid-19 membawa dampak yang sangat besar dalam semua segi kehidupan saat ini. Dalam kehidupan sosial kita seolah-olah berada dalam budaya yang terasa asing. Manusia yang pada dasarnya sebagai makhluk sosial; yang tak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya terkesan dipaksa untuk menyendiri dan menahan diri berelasi dengan orang lain (social distancing). Mau keluar rumah? Mau jalan-jalan? Ada virus corona!
 Di bidang ekonomi juga kini semakin sulit. Penulis mengutip dari situs resmi Kementrian Keuangan RI (17 April 2020), dikatakan bahwa International Monetary Fund (IMF) sudah memprediksi bahwa ekonomi global akan tumbuh minus di angka 3% karena wabah ini. Pertumbuhannya akan menuju negatif! Syukurnya negara kita masih menunjukan pendapatan ekonomi yang positif. Walaupun dampaknya sudah mulai terasa dalam kehidupan ekonomi keluarga kita. Pemerintah terus berusaha secara maksimal untuk menjaga ekonomi kita tetap stabil.
Di bidang pendidikan juga demikian. Sekolah-sekolah tutup dan melakukan pembelajaran jarak jauh atau distance education. Semua guru, siswa dan orang tua ditantang untuk melakukan pola belajar yang mungkin tidak lazim dan tidak biasa. Guru yang sudah terbiasa mengajar di depan siswanya. Mengadakan interaksi yang hangat dengan siswa, berkelakar, memberikan motivasi, membangun siswa secara mental, sosial, maupun spiritual; sekarang seperti sendiri dan dibatasi oleh ruang. Orang tua juga tidak luput. Mereka juga berada dalam tantangan yang sama. Dulu cukup membangunkan anak untuk bersiap dan berangkat sekolah, sekarang membangunkan anak untuk siap belajar dari rumah. Langkah ini diambil pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di Indonesia. Mungkin kita berpikir, mengapa anak-anak tidak diliburkan saja? Kan tidak merepotkan. Inilah pendidikan yang dinamis bukan statis. Pendidikan yang dinamis adalah pendidikan harus terus bergerak dan berjalan apapun tantangannya. Tapi kan? Tapi kan corona! Ini bukan alasan yang tepat. Justru ini tantangannya, kita harus siap! Mau begini sampai kapan? Bukan besok, bukan bulan depan. Kita tidak tahu. Kita hanya berdoa wabah ini berlalu dan semua kembali normal dan mau tidak mau harus menghadapi tantangan ini.
Permasalahan muncul, guru dan orang tua belum siap. Yah, memang belum siap karena wabah korona ini tidak pernah kita rencanakan untuk ada. Alih-alih guru perlu menyelesaikan muatan materi dalam silabus. Orang tua juga kesulitan mendampingi anak belajar di rumah.  Disinilah kita perlu melakukan sebuah metamorphosis pendidikan itu sendiri. Langkah bijaknya, pemerintah menghapus Ujian Nasional melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Ini bukan karena korona tapi demi perbaikan kualitas pendidikan di negara ini. Dengan demikian jelas bahwa kini fokus pendidikan kita mulai beralih. Bukan hanya kepada materi pelajaran, tetapi sangat perlu pengembangan keterampilan dan karakter
Tantangan saat ini tidak bisa dihadapi oleh satu pihak baik oleh guru atau orang tua dalam membantu anak belajar. Perlu adanya kolaborasi dan kerjasama. Fokus guru sekarang adalah melihat kebutuhan siswa bukan kebutuhan materi. Hal ini sesuai yang diharapkan oleh Menteri Pendidikan bahwa guru dapat memberikan tugas dan aktivitas anak dapat bervariasi antarsiswa selama pembelajaran jarak jauh saat ini. Kegiatan dan aktivitas belajar dapat disesuaikan dengan minat, potensi dan kondisi masing-masing siswa, termasuk mempertimbangkan akses dan fasilitas belajar di rumah. Jika demikian bagaimana penilaiannya? Sudah tentunya penilian dilihat hasil dari aktivitas belajar dari rumah, kita sebagai guru dapat memberi memberi peniliatan berupa umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna, tanpa diharuskan memberi skor atau nilai kuantitatif.
Disisi lain orang tua juga memiliki peran penting dalam membantu pendidikan anak saat ini di rumah. Penguatan dan pengembangan karakter sederhana di rumah dapat menjadi fokus pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Hal ini memang masih sulit, tetapi jika mulai mencoba maka kita akan terbiasa dan siap menjalankan pendidikan jarak jauh terlepas kapan wabah ini akan berakhir.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kristus Sumber Kepuasan Sejati

Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Suara Setan

Menjadi Pelaku Firman Tuhan (Yohanes 9:1-18)